Indonesia Tak Kunjung Maju, Salah Siapa?
[Presiden Joko Widodo] |
Sudah lama Indonesia menjalani
kehidupan sebagai sebuah negara kesatuan, dan menjalin hubungan kerjasama
dengan negara lain di dunia. Tahun demi tahun terlewati, Indonesia mulai
membangun diri dan berusaha menunjukkan diri di kancah internasional. Dimulai
dengan pembangunan sistem pemerintahan, pembangunan ekonomi, pembangunan pertahanan, sampai pada
pembangunan karakter sosial dan kebudayaan masyarakat.
[Bendera Negara-Negara di Dunia] |
Dalam era globalisasi saat ini,
seluruh negara yang ada di dunia ini, termasuk Indonesia, semakin gencar dalam
menciptakan teknologi baru maupun mengembangkan teknologi yang sudah ada agar menjadi semakin canggih
dan dapat meringankan pekerjaan manusia. Pengembangan-pengembangan tersebut
tentu saja harus didukung dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai
sehingga dapat tertuang ide-ide cemerlang yang dapat memajukan teknologi yang
ada.
Yang Kuat Menguat, Yang Lemah Melemah
Seperti yang kita semua tahu,
konsep globalisasi saat ini membuat negara yang kuat akan semakin kuat, dan
negara-negara yang lemah akan menjadi semakin lemah. Konsep globalisasi seperti
ini telah menimbulkan kesenjangan yang sangat kontras antara negara adidaya
dengan negara yang lemah. Pertanyaannya adalah, di mana posisi Indonesia dalam
era globalisasi sekarang ini?
Indonesia sebagai Negara Berkembang
Berdasarkan teori struktural yang
dikemukakan oleh Talcott Parsons, Indonesia termasuk ke dalam jajaran negara
berkembang. Menurut Talcott Parsons, negara berkembang adalah negara yang
rakyatnya memiliki tingkat kesejahteraan atau taraf hidup sedang, dan negara
tersebut sedang dalam proses perkembangan. Dalam pelaksanaannya, negara
berkembang meiliki peran sebagai penyedia sumber daya alam bagi industri milik
negara maju. Indonesia yang merupakan negara agraris tentu saja memiliki sumber
daya alam yang melimpah, dan bisa menyediakan hasil-hasil alam yang dimilikinya
untuk menghidupi industri negara maju. Jika kerjasama yang baik antara negara
maju dan negara berkembang sudah terjalin, maka keduanya akan sama-sama
diuntungkan. Industri milik negara maju akan dapat tetap berjalan dengan baik,
dan negara berkembang juga mendapatkan penghasilan dari sektor hasil alam
mereka. Namun, apakah Indonesia benar-benar seperti itu?
[Indonesia merupakan Negara Agraris] |
Bayangkan saja, Indonesia yang
notabene merupakan negara agraris, harus mengimpor beras dari negara lain untuk
mencukupi kebutuhan rakyatnya. Bukankah seharusnya negara ini bisa menghasilkan
beras yang cukup untuk menghidupi rakyatnya? Jadi, apakah Indonesia
benar-benar merupakan salah satu jajaran negara berkembang dalam era
globalisasi saat ini? Ini bukanlah masalah yang kecil. Ini merupakan masalah
yang besar, karena menyangkut harkat dan martabat negara. Lalu, siapa yang
salah dalam masalah ini? Pantaskah dalam hal ini kita menyalahkan globalisasi? Tentu saja tidak! Globalisasi
tidak mungkin bisa disalahkan dalam kasus ini. Globalisasi adalah sebuah
sistem, yang seharusnya bisa memacu kita untuk lebih meningkatkan kualitas diri
dan membangun negara ini menjadi lebih baik.
Siapa yang Salah?
Lalu, apakah pemerintah yang sudah bersusah payah membangun negara ini dari nol bisa kita salahkan? Tentu saja tidak! Apakah rakyat yang salah dalam hal ini? Sekali lagi, tidak! Pemerintah dan rakyat masing-masing memegang peranan penting bagi kemajuan negara Indonesia dalam era globalisasi. Kita tidak bisa serta-merta menyalahkan salah satu pihak dalam kondisi ini. Pemerintah seharusnya bisa mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang telah berjalan dan mengembangkannya demi kemajuan bangsa. Dan begitu juga dengan kita, sebagai rakyat seharusnya kita bisa mengkondisikan diri kita masing-masing dan menggarisbawahi kesalahan kita. Lalu, sebagai rakyat, apa kesalahan terbesar kita?[Mendorong Bus yang Mogok] |
Rakyat hanya Bergantung pada Pemerintah
Satu akar kesalahan kita sebagai
rakyat adalah “terlalu bergantung kepada pemerintah dan hanya bisa saling menyalahkan”.
Jika diibaratkan, Indonesia adalah sebuah bus yang mogok di jalan menanjak, dan
kita, rakyat, adalah penumpang bus tersebut. Lalu, ada seseorang yang turun dari
bus dan berusaha mendorong bus itu dari belakang, itulah pemerintah. Kita
sebagai penumpang, hanya bisa menunggu dan bergantung pada orang tersebut untuk
bisa mendorong bus yang kita tumpangi. Kita lupa bahwa orang tersebut juga
punya rasa lelah, dan akhirnya tak kuasa menahan beratnya bus tersebut.
Akhirnya, bus tersebut pun mulai bergerak mundur dan menuruni tanjakan tersebut. Apa yang
kita lakukan? Ya, sebagai penumpang kita hanya bisa berteriak dan ketakutan.
Akirnya, kita saling menyalahkan dan berasumsi bahwa orang yang berusaha mendorong
bus tadi sebagai akar dari masalah ini, tanpa melihat betapa kerasnya usaha
orang tersebut untuk mendorong bus yang kita tumpangi. Kita tidak memikirkan
bagaimana cara agar bus tersebut dapat berhenti bergerak menuruni tanjakan. Yang ada di dalam pikiran kita
hanyalah menyalahkan dan menuduh orang lain tanpa sebab yang jelas dengan
perkataan yang pedas.
Kurang lebih, seperti itulah
perilaku rakyat saat ini jika digambarkan dengan sebuah cerita “bus mogok”. Apa
yang bisa kita lakukan hanyalah menyalahkan, menuduh, menghina, dan merendahkan
tanpa memberikan solusi atas masalah yang ada. Kita seperti anak kecil, yang
menangis ketika keinginannya tidak terpenuhi. Terkadang pemerintah memang
pernah salah dalam mengambil keputusan, tetapi kita tidak perlu sampai menghina
mereka. Sebaiknya, berikan pendapatmu, curahkan aspirasimu, dan sampaikan
solusimu atas masalah yang ada. Pemerintah dan rakyat harus bekerjasama, untuk
Indonesia yang lebih berkemajuan!
Komentar Pembaca